Pages

December 16, 2010

Kemanjaan

Posted: 2010-12-16 09:49:53 UTC
Oleh: Anis Matta
Jika kita hanya membaca biografi pahlawan, atau mendengar cerita kepahlawanan dari seseorang yang belum pernah kita lihat, barangkali imajinasi yang tersusun dalam benak kita tentang pahlawan itu akan berbeda dengan kenyataannya. Itu berlaku untuk lukisan fisiknya, juga untuk lukisan emosionalnya.


Abu hasan Ali Al-Halani Al-Nadwi, yang tinggal di anak benua India, telah membaca tulisan-tulisan Sayyid Quthub, yang tinggal di Mesir. Tulisan-tulisannya memuat gagasan-gagasan yang kuat, solid, atraktif, berani dan terasa sangat keras. Barangkali bukan merupakan suatu kesalahan apabila dengan tanpa alasan kita membuat korelasi antara tulisan-tulisan itu dengan postur tubuh Sayyid Quthub. Penulisnya, seperti juga tulisannya, pastilah seorang laki-laki bertubuh kekar, tinggi dan besar. Itulah kesan yang terbentuk dalam benak Al Nadwi. Tapi ketika ia berkunjung ke Mesir, ternyata ia menemukan seorang laki-laki dengan perawakan yang kurus, ceking dan jelas tidak kekar.

Begitu juga dengan potret emosi seorang pahlawan. Kadang-kadang ketegaran dan keberanian para pahlawan membuat kita berpikir bahwa mereka sama sekali tidak mempunyai sisi-sisi lain dalam dirinya, yang lebih mirip dengan sisi-sisi kepribadian orang-orang biasa. Misalnya, kebutuhan akan kemanjaan.

Umar bin khattab mengajar sesuatu yang lain ketika beliau mengatakan: “jadilah engkau seperti seorang bocah didepan istrimu”. Laki-laki dengan postur tubuh yang tinggi, besar, putih dan botak itu yang dikenal keras, tegas, berani dan tegar, ternyata senang bersikap manja didepan istrinya. Mungkin bukan cuma Umar. Sebab Rasulullah SAW, ternyata juga melakukan hal yang sama. Adalah Khadijah tempat ia kembali saat kecemasan dan ketakutan melandanya setelah menerima wahyu pertama. Maka kebesaran jiwa Khadijah yang senantiasa beliau kenang dan yang memberikan tempat paling istimewa bagi perempuan itu dalam hatinya, bahkan setelah beliau menikahi seorang Aisyah. Tapi beliau juga sering berbaring dalam pangkuan Aisyah untuk disisiri rambutnya, bahkan ketika beliau sedang i’tikaf dibulan Ramadhan.

Itu mengajarkan kita sebuah kaidah, bahwa para pahlawan mukmin sejati telah menggunakan segenap energi jiwanya untuk dapat mengukir legenda kepahlawanannya. Tapi untuk itu mereka membutuhkan suplai energi kembali. Dan untuk sebagiannya, itu berasal dari kelembutan dan kebesaran jiwa sang istri.

Kemanjaan itu, dengan begitu, barangkali memang merupakan cara para pahlawan tersebut memenuhi kebutuhan jiwa mereka akan ketegaran, keberanian, ketegasan dan kerja-kerja emosi lainnya.

Kepahlawanan membutuhkan energi jiwa yang dasyat, maka para pahlwan harus mengetahui dari mana mereka mendapatkan sumber energi itu. Petuah ini agaknya tidak pernah salah : “Dibalik setiap laki-laki agung, selalu berdiri wanita agung” dan mengertilah kita, mengapa sastrawan besar besar Mesir ini, Musthafa Shadiq Al Rafii, mengatakan “kekuatan seorang wanita sesungguhnya tersimpan dibalik kelemahannya”.**

December 15, 2010

Alat Ukur Tangki

Tadi pagi saya melakukan kegiatan monitoring rutin ke sebuah anak perusahaan tempat saya bekerja. Bersama beberapa teman kami meninjau proyek fasilitas produksi berupa penyewaan 2 unit tangki minyak masing-masing dengan kapasitas 5000 Barel yang disewakan kepada Pertamina EP di Pondok Tengah Bekasi. Sebetulnya monitoring yang dilakukan lebih terkait progres proyek, perolehan revenue bulanan, dll, tapi seketika itu juga saat mendapatkan kata "TANGKI" dan "PERTAMINA" di benak saya, tiba-tiba teringat pesanan pekerjaan teman setahun yang lalu.

----------
Sahabat lama menelepon, dia meminta bantuan terkait pekerjaannya sebagai seorang pegawai LIPI di luar kota. Ada tools yang harus dia buat katanya yakni Software pengukur volume minyak dalam sebuah tangki. Requestnya berasal dari industri menengah pemilik (truk) tangki pengangkut minyak. Tangkimeter ini harus bisa menginformasikan volume minyak, saat tangki tersebut penuh, setengah penuh, dan untuk berbagai tingkat ke-penuh-an lainnya, alias untuk berbagai tingkat ketinggian minyak bila diukur dari dasar tangki.
Harapan si pemilik tangki sebenarnya sederhana saja. Dia bisa tahu berapa volume minyak tersisa dalam tangki yang dimiliki dengan cara memasukan sebuah tongkat mistar ke dalam tangki tersebut. Jika ketinggian minyak yang tertera pada tongkat mistar tertulis 1 atau 2 meter misalnya, maka alat ukur tangki tersebut dapat membaca berapa liter kah volume minyak tersisa. Itulah ide dasarnya. Dengan catatan tangki yang akan diukur ini ada pada posisi landscape, layaknya truk-truk pertamina pengangkut bensin atau solar. Dan secara khusus untuk 3 bentuk tangki dengan berbagai ukuran. Tangki pertama berbentuk tabung dengan sisi-sisinya berupa alas elips, tangki kedua berbentuk setengah kapsul, dan tangki ketiga berbentuk kapsul sempurna (layaknya pil obat).

"Mungkin kamu bisa bantu?" katanya. Boleh jadi dianggapnya seorang lulusan Matematika harus bisa membuatkan sofware yang dimaksud.


Beberapa lama kemudian saya mulai menyentuh urusan pertangkian ini. Mencari inspirasi sana sini kepada master2 Matematika di kampus dulu, membongkar Google, sampai mengingat-ingat kembali materi kuliah: diferensial-integral. Sampailah saya pada kesimpulan kalau tools pengukur volume tangki dengan parameter ketinggian ini sebenarnya sederhana, bahkan untuk tangki tabung horizontal sudah banyak terunggah free aplikasi-nya di internet. 


Akhirnya, jadi juga pesananan yang diminta. Mengingat waktu, saya buat aplikasi sederhananya pada Excel dengan penampakan seperti pada gambar di bawah:Setelah dilakukan uji coba empiris dan dirasa ampuh untuk mengukur volume fluida (minyak, air, solar, atau apapun itu) di dalam 3 bentuk tangki, selesailah alat ukur volume tangki yang kemudian saya panggil TANKI-METER ini.

Teman saya cukup puas, karena mungkin produknya sudah sesuai dengan ekspektasi. Yang membuat saya kaget, ternyata urusan tanki-meter ini bukan urusan pertemanan atau 'terima kasih' saja, melainkan urusan barter pekerjaan dan uang. Mungkin karena yang mesan industri komersil.

Alhamdulillah... Besar atau kecil yang saya terima tidak menjadi ukuran.. Tapi saya catat betul2 kalau fee tangki ini jadi rejeki penghasilan sampingan pertama saya untuk dunia industri :D... apaan sih X_X !

--------------------------------------------------------------------------------------------------------


Setelah saya sounding tangkimeter di blog ini, ternyata cukup banyak pembaca yang menanyakan untuk keperluan yang sama. Karenanya bagi teman-teman lainnya yang membutuhkan tangkimeter, dapat mengunduhnya disini: http://search.4shared.com/q/CCAD/1/Tanki-meter atau menghubungi saya di allanpowerful@yahoo.com

[Notes: menerima dana pengembangan software, dapat dikirim ke BCA Cab.Dago No Rek: 777 071 8664 a.n. Allan M Taufik]



 

December 02, 2010

Malaysia Kena Ganyang!

Mengalahkan Malaysia 5-1 semalam memang benar2 membuat hati ini girang minta ampun, meski menangnya cuma lewat sepakbola bukan penetrasi sosio-ekonomi. Kita tahu "saudara serumpun" Malaysia yang sejarahnya banyak kita "warnai", akhir2 ini sering nyeleneh dengan segala bentuk pengAKUannya. Coba tengok pengakuan mereka atas batik, reog ponorogo, gamelan, tari pendet sampai lagu soleram.

Kali ini saya ingin refreshing sejenak membaca kedigdayaan kesebelasan kita semalam dari media massa. Biar lebih puas, saya sengaja cari sumbernya dari salah satu media massa Malaysia ternama yakni
Harian MyMetro. Silakan Menikmati, judulnya: KENA GANYANG!!

REBUT...Mohamad Muslim (kiri)  berebut bola dengan pemain Indonesia, Christian Gonzales  pada perlawanan malam tadi.
REBUT...Mohamad Muslim (kiri) berebut bola dengan pemain Indonesia, Christian Gonzales pada perlawanan malam tadi.

ANDAI Stadium Gelora Bung Karno itu sendiri mampu berbicara, pastinya venue kebanggaan rakyat Indonesia itu turut menangisi nasib anak buah ketua jurulatih, K Rajagobal yang tewas 5-1 ke pada tuan rumah ketika saingan pembukaan Kum pulan A, Piala Suzuki AFF 2010, malam tadi.

Manakan tidak, sudah lah sebahagian besar daripada kira-kira 70,000 penonton enggan berdiri untuk menghormati lagu Negaraku ketika dimain kan, lebih memalukan lagi apabila jeritan ‘Maling’ dan ‘Ganyang Malaysia’ dilaungkan seiring dengan nada lagu kebangsaan Malaysia itu.

Apa yang ditakuti Rajagobal selepas kehilangan lapan pemain tonggak akibat kecederaan berlaku juga akhirnya walaupun pada satu ketika, anak buahnya mempamer aksi dirancangkan.

“Memang saya kecewa dengan kekalahan ini walaupun hakikatnya ia tidak menggambarkan keseluruhan aksi pemain kita.

Kita dibolosi lima gol dan anda semua boleh lihat kelima-lima gol itu adalah hasil kesilapan individu.


“Saya rasa punca sikap pemain kita terlalu mahu mempamer aksi terbaik pada perlawanan tadi. Ternyata sikap itu memakan diri sendiri.

“Ketika ketinggalan 2-1 dan 3-1, kita masih yakin dapat bangkit tapi selepas gol keempat, pemain mula goyah,” kata Rajagobal.

Beliau turut menyalahkan benteng pertahanan terlalu kerap melakukan kesilapan dan memudahkan Indonesia menjaringkan gol demi gol.

“Kita hilang disiplin di benteng pertahanan. Pada setiap kali Indonesia melakukan serangan balas, mereka kelihatan pasti menjaringkan gol dan pada jangkaan saya, mereka menghukum kita dengan lebih banyak gol, bukan lima saja. Pertahanan kita terlalu lemah dan membiarkan Indonesia mengatur pelbagai corak serangan,” katanya.

Beliau berharap aksi sebegitu tidak berulang lagi berdepan Thailand, Sabtu ini.

Diasak sejak awal permainan, Malaysia tetap mampu bertahan dengan baik dan hasil satu serangan balas pantas, Nor Shahrul Idlan Talaha berjaya menenggelamkan seketika ‘amukan’ pemain tuan rumah menerusi jaringan pada minit ke-18 selepas menerima hantaran lintang Safee Sali.

Serentak jaringan itu, Stadium Gelora Bung Karno senyap seketika dan masing-masing kelihatan tertekan tapi kembali ceria apabila bola yang membias selepas terkena badan tonggak pertahanan, Mohd Asraruddin Putra Omar, menggegar jaring sendiri pada minit ke-22.

Jaringan penyamaan itu ternyata berjaya melonjakkan kembali semangat juang Indonesia dan anak buah Alfred Riedl itu kembali melakukan asakan demi asakan ke kubu Malaysia.

Hantaran lintang Oktavianus Maniani pantas disambar ayam tambatan Indonesia dari Uruguay, Cristian Gonzalez untuk memberikan pendahuluan 2-1 pada minit ke-35 dan kedudukan itu kekal hingga pengadil Vietnam, Vo Min Tri meniupkan wisel menandakan tamat aksi babak pertama.

Bermula babak kedua, Indonesia menggunakan sepenuhnya kesempatan beraksi di tempat sendiri melakukan asakan bertali arus hingga ada kalanya, anak didik Rajagobal kelihatan terkial-kial mempertahankan kubu.

Pertahanan Malaysia sekali lagi menerima padah kerana gagal mengeluarkan bola dan kesempatan itu mudah diambil Muhammad Ridwan menghasilkan gol ketiga Indonesia pada minit ke-59.

Mungkin kepenatan akibat terlalu kerap diasak sedangkan impian Malaysia menambah jaringan kelihatan agak mustahil, Mohamad Muslim Ahmad melakukan kesilapan dan gagal mengawal dengan baik bola sepakan percuma diambil Muhammad Nasuha hingga membolehkan Arif Suyono melakar gol keempat Indonesia pada minit ke-80.

Irfan Haarys Bachdim melengkapkan kemenangan besar 5 -1 Indonesia selepas menerima hantaran lintang Oktavianus pada minit ke-90.

..................................................

December 01, 2010

Kecewa adalah Tanda Cinta

Orang-orang partai politik itu mudah kecewa. Begitu keinginannya tidak terpenuhi, lalu keluar dari partainya dan membuat partai baru”, kata seorang teman kuliah di Lemhannas berapi-api. Aku hanya mengatakan, “Tergantung partainya, dan tergantung orangnya”. Dia terus saja mengomel tentang jeleknya orang-orang parpol, dan jawabanku pun tetap sama.

Ini soal perasaan kecewa. Sesungguhnyalah kecewa muncul karena adanya harapan yang tidak kesampaian. Ada harapan yang ditanam, dan ternyata tidak didapatkan dalam kenyataan. Inilah yang menyebabkan muncul kekecewaan. Jarak yang terbentang antara harapan dengan kenyataan itulah ukuran besarnya kekecewaan. Semakin lebar jarak yang terbentang, semakin besar pula kekecewaan. Oleh karena itu, kecewa itu ada di mana-mana, di lingkungan apa saja, di dunia mana saja, selalu ada kecewa.

Mari kita mulai dari yang paling kecil dan sederhana. Kadang kita kecewa dengan diri kita sendiri. “Mengapa saya tidak begini, mengapa saya tidak begitu”, adalah contoh kekecewaan yang kita alamatkan kepada keputusan kita sendiri yang telah terjadi. Kita menyesal di kemudian hari.

Dalam kehidupan rumah tangga yang isinya hanya dua orang saja, yaitu suami dan isteri, bisa muncul kekecewaan. Suami kecewa kepada isteri, dan isteri kecewa kepada suami. Hidup berdua saja bisa menimbulkan kecewa, apalagi kehidupan organisasi atau negara. Jika di dalam rumah tangga mulai ada anak-anak, kekecewaan bisa bertambah luas. Anak kecewa dengan sikap orang tuanya, dan orang tua kecewa dengan kelakuan anaknya. Satu anak dengan anak lainnya juga bisa saling kecewa mengecewakan.

Satu keluarga bisa kecewa atas perbuatan keluarga lainnya dalam sebuah lingkungan tempat tinggal. Satu desa bisa kecewa dengan desa lainnya dalam satu kecamatan. Indonesia sangat kecewa dengan sikap Amerika yang arogan, kecewa dengan sikap Israel yang merampas hak warga sipil Palestina secara semena-mena. Sebagaimana Amerika kecewa dengan Indonesia karena kurang akomodatif dengan kebijakan Amerika. Israel kecewa dengan Indonesia karena tidak mau membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Jamaah sebuah masjid bisa kecewa dengan sikap imam masjid, sebagaimana imam masjid bisa kecewa dengan kondisi jamaah. Masyarakat gereja bisa kecewa terhadap pendeta sebagaimana pendeta bisa kecewa terhadap keadaan jemaatnya. Suporter sepak bola sering kecewa terhadap tim yang dibelanya, sebagaimana pemain sepak bola sering kecewa kepada sikap para suporter.

TNI bisa kecewa terhadap kebijakan dan sikap Polri sebagaimana Polri bisa kecewa terhadap TNI. Angkatan Darat bisa kecewa terhadap Angkatan Laut dan Udara, sebagaimana Angkatan Laut bisa kecewa terhadap Angkatan Darat dan Udara, atau Angkatan Udara kecewa terhadap Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Di Angkatan Darat, seorang komandan bisa kecewa terhadap anak buahnya, sebagaimana anak buah bisa kecewa kepada komandannya.
 
Seorang kader bisa kecewa kepada pemimpin, sebagaimana pemimpin bisa kecewa atas sikap para kader. Seorang teman menyampaikan pesan lewat SMS kepada saya, yang isinya mengatakan sangat kecewa dengan partai yang digelutinya dan akan keluar serta bergabung dengan sebuah organisasi/partai lainnya, sebut saja partai X. Saya menjawab dengan dua kali jawaban. Pertama, bahwa hak masuk dan keluar dari partai adalah di tangan anda sendiri, tak ada yang boleh memaksa. Kedua, kalau anda keluar dari partai karena kecewa dan akan bergabung dengan partai lainnya, maka ketahuilah bahwa partai itu juga pernah mengecewakan anggotanya. Ada banyak orang kecewa dari partai X dan berpindah ke partai yang lainnya. Di setiap organisasi, partai, ataupun gerakan apapun, selalu ada orang yang kecewa dan meninggalkannya. Selalu.

Sepanjang sejarah kemanusiaan paska masa kenabian, tidak ada satupun organisasi yang tidak pernah mengecewakan anggotanya. Semua organisasi, semua gerakan, semua harakah pernah mengecewakan anggotanya. Selalu ada anggota organisasi atau anggota gerakan yang kecewa dan terluka. Selalu.

Ini bukan soal benar atau salahnya kondisi tersebut. Ini hanya potret sesungguhnya, begitulah kenyataan yang ada. Cobalah sebut satu saja contoh organisasi, ormas, instansi, atau apapun. Pasti ada riwayat pernah ada anggota atau pengurus yang kecewa. Kalau tidak ada yang pernah dikecewakan, berarti organisasi tersebut belum pernah beraktiviktas nyata.

Bahkan organisasi yang dibuat dari kumpulan orang kecewa, pasti pernah mengecewakan anggotanya pula. Misalnya sekelompok orang kecewa dengan kebijakan organisasi A, lalu mereka menyingkir dan berkumpul. Mereka bersepakat, “Kita berkumpul di sini karena dikecewakan para pemimpin kita. Sekarang kita himpun potensi kita, dan kita berjanji untuk tidak saling mengcewakan lagi. Jangan ada yang dikecewakan disini”. Tatkala mereka sudah eksis sebagai organisasi, maka pasti ada yang kecewa di antara mereka.

Mereka tidak tahu, bahwa kecewa itu tanda cinta. Kalau tidak cinta, tidak mungkin kecewa. Karena cinta, maka muncullah berbagai harapan kita. Setelah harapan tertanam, ternyata apa yang kita lihat dan kita alami tidak seperti yang diharapkan. Maka muncullah kecewa.

Mengapa beberapa orang parpol yang kecewa lalu membuat parpol baru lagi ? Karena boleh menurut Undang-undang. Coba kalau Undang-undang membolehkan membuat TNI baru, atau Polri baru, atau Mahkamah Agung baru, atau DPR baru, pasti sudah banyak orang membuat dari dulu. Banyak orang kecewa dengan TNI, banyak orang kecewa dengan Polri, banyak orang kecewa dengan Mahkamah Agung, banyak orang kecewa dengan DPR, banyak orang kecewa dengan Presiden dan Wakil Presiden, banyak orang kecewa dengan Menteri, banyak orang kecewa dengan Gubernur, Bupati, Walikota, Camat, Kepala Desa, Ketua RW atau Ketua RT.

Jadi, kecewa itu ada dimana-mana, karena cinta ada dimana-mana, karena harapan ada dimana-mana. Namun muncul pertanyaan, pantaskah kita tidak berani memiliki harapan karena takut dikecewakan ? Jawabannya jelas, tidak pantas !

Karena harapan itulah yang membuat kita bersemangat, karena harapan itulah yang membuat kita bekerja, karena harapan itulah yang membuat kita selalu berusaha melakukan dan memberikan yang terbaik, bahkan karena harapan itu pula yang membuat kita ada. Jangan takut memiliki harapan masuk surga. Jangan takut memiliki harapan Indonesia yang makmur dan sejahtera. Jangan takut memiliki harapan Indonesia menjadi negara paling adil dan paling maju di seluruh dunia.

So, teruslah memiliki dan memupuk harapan. Teruslah bekerja, teruslah berkarya, hingga akhir usia. Jangan takut kecewa.

Pancoran Barat 30 Nopember 2010
Disadur dengan beberapa perubahan dari tulisan: Cahyadi Takariawan*